Hari ini, tepatnya setelah lama aku tau Dia pergi meninggalkan sejuta lara, yang aku rasakan hanya luka yang kian lama makin ku rasa. Entah apa yang ada dalam fikirnya, mungkinkah dia tau apa yang ada dalam benakku, mungkin Dia lebih baik dariku. Namun, setidaknya sedikitlah hargai aku. Aku pun sama hanya Wanita biasa yang bisa terpuruk dalam lara, yang menangis karena luka, dan tenggelam dalam asa.
Bisakah Dia kira betapa sakit yang kurasa, betapa perih cinta yang terbersit dalam kisah lama. Masih punyakah hati, atau telah lama mati bersama hancurnya hati ini. Jujur aku menangis saat ku tau Dia telah bersamanya, entah apa yang terjadi pada diri seolah rasa itu tak ingin pergi merasuk dan terus meracuni.
Bagaimana tidak, bila aku tak terluka. Bila orang yang dulu aku cinta, ku lihat bermanja dan bermesra didepan mata, bukannya aku benci tapi aku hanya ingin dihargai. Itu saja aku tak meminta lebih, apa harus aku berlutut dan memohon agar Kau menghargaiku, haruskah aku menangis dikakimu hingga kau mau mengerti aku?
Sungguh tega Dirimu, masih ada Laki-laki sepertimu, yang membiarkan wanita yang dulu pernah kau kata kini hanya menyisakan perih dan terus Kau sakiti, tanpa tega pula kau bermanja dengan sengaja didepan mataku.
Saat ini sungguh aku membutuhkan teman, teman yang bisa mengerti perasaanku, yang bisa memahami inginku, yang bisa menerima keadaan yang memang nyata. Andai aku bisa kembali ke masa lampau akan Ku peringatkan Diriku untuk segera pergi meninggalkanmu, karena telah cukupku tau Kau hanyalah Penipu. Aku menangis bukan karena aku lemah, tapi hati ini terlanjur masuk kedalam lembah harapan yang salah.
Taukah dirimu, sungguh! Sungguh aku terluka karenamu. Dan andaikau tau ingin rasanya Ku tampar wajah indahmu. Betapa hati telah jauh meninggalkanmu dan mulai diracuni benci, harus Kau tau. Disini aku masih mencintai dan menanti. Bukan, bukannya aku tak punya hargadiri dan hati,tapi memang kau berarti dalam setiap langkah yang ku pijak dalam mencari arti cinta sejati. Karenamu dapat ku lalui semua hal yang terjadi, bahagia dalam canda dan tawa yang dulu pernah ku rasa. Terhempas semua harapan yang telah lama aku impikan, sirna ditelan dusta dan kini yang ku lihat hanya kemesraan diantara Meraka. Bagai malam tanpa bintang, bagai panas tanpa hujan, ku simpan sejuta harapan dan mengandai-andai kau akan kembali dan menemaniku dalam bidam sepi.
